PERANG BAHASA DAN ISTILAH : Sebuah keniscayaan dalam perang pemikiran



Dakwah politis merupakan medan pertarungan pemikiran yang sangat sengit. Dakwah ini pula yang dijalani *Rasulullah ketika beliau berdakwah di Kota Makkah.* Dalam dakwah ini, beliau menyerang pemikiran, adat istiadat, tradisi, norma, sesembahan, sistem politik, sistem ekonomi, dan sistem sosial yang eksis pada zaman itu. *Dalam perang pemikiran ini, Rasulullah tak pernah menggunakan kekuatan fisik,* misalnya pedang, panah, tombak atau senjata-senjata fisik yang lain. Dalam perang pemikiran ini senjatanya adalah *kata-kata, sementara pelurunya adalah Islam (aqidah dan syariah Allah yang agung).*

☝☝☝
Karena itu, *penguasaan terhadap bahasa* menjadi *sangat penting.* Penguasaan terhadap bahasa, layaknya penguasaan terhadap senjata. Penguasaan terhadap bahasa inilah yang kita namakan *“kecerdasan bahasa”.*

✨✨✨
*****
Pernah suatu saat, ketika sahabat Nabi menggunakan *kata yang kurang tepat,* maka langsung *ditegur oleh Allah,* yaitu dengan turunnya surat Al-Baqarah ayat 104:


_*“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad), "Raa'ina", tetapi katakanlah "Unzhurna", dan "dengarlah". Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih.” (TQS. Al baqoroh 104)*_


Para sahabat Nabi sering mengatakan kata kepada Rasulullah. *Raa'ina berarti “sudilah kiranya engkau memperhatikan kami”.* Di kala para sahabat menggunakan kata ini kepada Rasulullah, orang Yahudi memakai kata ini dengan maksud *Ru'uunah yang berarti “kebodohan yang sangat”,* sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya, Allah menyuruh supaya sahabat-sahabat mengganti kata *Raa'ina dengan Unzhurna yang artinya sama,* tetapi tidak bisa dijadikan senjata orang kafir untuk menertawakan umat Islam.


Dalam suatu riwayat disebutkan: Ketika kaum Yahudi mendengar sahabat-sahabat Nabi SAW memakai perkataan itu *(Raa'ina),* mereka sengaja membiarkan agar perkataan itu biasa dipergunakan dan ditujukan kepada Nabi SAW. Apabila para shahabat Nabi mempergunakan kata-kata itu, maka mereka menertawakannya. Maka turunlah ayat Al-Baqarah ini. Ketika salah seorang shahabat, yaitu Sa'd bin Mu'adz mendengar ayat ini, ia berkata kepada kaum Yahudi:


_*"Hai musuh-musuh Allah! Jika aku mendengar perkataan itu diucapkan oleh salah seorang di antaramu sesudah pertemuan ini akan aku penggal batang lehernya." (Diriwayatkan oleh Abu Na'im di dalam kitab ad-Dala'il dari as-Suddi as-Shaghir, dari al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas).*_


Ayat ini memang turun di Madinah dalam kasus dengan Yahudi, tetapi sesuai dengan kaidah syarah: *al-ibrotu bi umumil lafdzi la bi khususi as-sabab.* Maka, penggunakan dan pemilihan kata yang tepat, adalah *sangat penting dalam Islam,* terutama bagi para pengemban dakwah, yang sedang menjalani *perang pemikiran.*
樂樂樂

*****
Dalam kehidupan ini, sebenarnya yang *haq dan bathil itu jelas.* Tetapi haq dan bathil ini, biasa dikaburkan dengan penggunaan kata-kata yang *mengecoh.*


Sekedar contoh: Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal kata *“keras kepala” dan “konsisten”.* Dua kata ini, sebetulnya mewakili fakta yang berbeda dan kesan yang ditimbulkan tentu saja sangat-sangat berbeda. “keras kepala” kesannya negatif, dan “konsisten” kesan yang ditimbulkan sangat positif.


Media massa mainstream yang liberal dan tokoh-tokoh anti Islam, biasanya mempermainkan dua kata ini. Ketika ada tokoh liberal yang menolak syariah Islam, padahal sudah dihadirkan bukti-bukti yang tak terbantahkan, mereka mengatakan tokoh ini sebagai orang yang *“konsisten”.* Sebaliknya, ketika ada *aktivis dakwah yang argumentasinya sangat kuat dan sangat menguasai fakta,* mereka dikatakan sebagai orang yang “keras kepala”. *Padahal, siapa sebenarnya yang “konsisten” dan siapa yang “keras kepala”?*

❓❓❓
Contoh yang lain, yaitu kata *“plin plan”* dan *“fleksibel”.* Saat ada tokoh liberal yang plin-plan, pagi A dan sore B, jumat pergi ke masjid dan ahad pergi ke gereja, idul fitri khutbah di masjid dan hari natal khutbah di gereja, mereka mengatakan sebagai orang yang *“fleksibel”.* Sementara, ketika ada pengemban dakwah, yang ketika ada dua hal yang hukumnya *MUBAH,* sehingga ia terkadang melakukan A dan terkadang B, dikatakan sebagai *“plin-plan”.*


Ketika ada umat Islam yang *memperjuangkan syariah dan Khilafah,* serta tak mau dengan selainnya disebut sebagai *“fundamentalis”* atau *“ekstrimis”.* Sementara saat orang liberal berjuang mati-matian *kapitalisme dan demokrasi,* serta tak mau dengan selainnya, disebut *“humanis”, “modernis”, “anti-fundamentalis”, dan lain sebagainya.*


Saat umat Islam mengkritisi pakaian seronok yang diimport dari budaya barat, mereka disebut sebagai *“tak bisa menghargai kebebasan seseorang”, “mengebiri hak-hak seseorang”,* dan lain sebagainya. *Sebaliknya,* saat wanita muslimah menggunakan jilbab untuk menutup seluruh tubuh disebut sebagai *“tak sesuai dengan kearifan lokal”, “budaya Arab”, dan lain sebagainya.*


Saat umat Islam memperjuangkan Islam yang memberi rahmat kepada seluruh alam, mereka disebut sebagai kelompok *“trans-nasional”, “tak memiliki akar budaya lokal”, dan “ahistoris”* yang harus diwaspadai, *sebaliknya* saat ada yang memperjuangkan *demokrasi yang berasal dari Yunani atau kapitalisme yang berasal dari barat,* mereka disebut sebagai kelompok pejuang *“nilai-nilai universal”, “pembebas manusia”, “pembawa peradaban”,* tentu dengan segudang pujian yang layak disematkan di dadanya.


Ketika umat Islam di negeri ini berusaha sekuat tenaga agar *syariah tegak sehingga nilai-nilai Pancasila terwujud,* mereka dikatakan sebagai *“pelaku makar” dan “anti-Pancasila”.* *Sebaliknya,* saat kaum liberal melaksanakan agendanya dengan sangat sadis, memutar-balikkan dan mengebiri makna ketuhanan seenaknya sendiri, menjauhkan manusia dari keadilan dan keberadaban dengan memaksa mereka tunduk kepada mekanisme pasar bebas, memecah belah persatuan dengan membangkitkan sentimen-sentimen madzhab; menjauhkan kepemimpinan yang khidmah dan bijaksana dengan melakukan pencitraan palsu terhadap tokoh-tokoh antagonis sehingga akhirnya terpilih jadi pemimpin untuk memuluskan rencana jahat para konglomerat hitam; memusnahkan keadilan bagi seluruh rakyat dengan memaksakan *kapitalisme yang mengharuskan rakyat bertarung dengan para kapitalis, namun mereka disebut sebagai “Pancasilais sejati”, “Penjaga keutuhan negara”,* dan segudang pujian lainnya.


Dan masih banyak lagi, penggunaan kata-kata yang berbeda untuk membungkam umat Islam. *Inilah perang bahasa dan istilah. Tanpa disadari, banyak umat Islam yang dibuat “KO” oleh perang bahasa dan istilah ini. Akibatnya, umat Islam ketakutan menyuarakan Islam yang sebenarnya, dan sebagai gantinya mereka rela mengikuti skenario yang dibuat oleh orang-orang dzholim.*


Tanpa kita sadari, terkadang terdapat kata yang sebenarnya *netral, kemudian diberi kesan tersendiri.* Seperti kata *radikal.* Kata ini, sebenarnya kata yang netral. *Radikal berasal dari kata radix yang artinya mendasar atau menyeluruh.* Seorang dokter, misalnya, saat melakukan operasi payudara yang terkena kanker dengan mengangkat seluruh bagian payudara, maka operasi ini dinamakan operasi radikal. *Di sini, tidak ada kesan negatif atau positif.* Kemudian kata ini, *dipakai oleh barat dan disamakan dengan terorisme.* Akibatnya *radikal menjadi kata yang negatif.* Memang tidak ada maksud lain, *kecuali ingin mengebiri Islam.*


*Islam itu sendiri memang agama dan ideologi yang sangat mendasar dan menyeluruh, yang berisi akidah yang sangat mendasar dan syariah yang sangat menyeluruh dan komprehensif. Karena itu, tentu saja islam adalah radikal. Dan perubahan yang menyeluruh juga dinamakan perubahan yang radikal. Ini sebenarnya tidak memberi kesan negatif atau positif. Namun, lagi-lagi, barat mendistorsikan kata ini, sehingga bermakna negatif.*


Bukan hanya itu, tanpa kita sadari barat juga telah melakukan monsterisasi ajaran-ajaran dan kata-kata dalam Islam. Dalam usaha ini, metreka biasanya menggunakan kelompok umat Islam yang *“tulus” namun “buta politik”, atau “melek politik” tapi “tidak tulus”.* Tanpa disadari, individu atau kelompok Islam ini, digunakan untuk mencitra-burukkan Islam. Contoh Al Qoidah. Kata ini adalah bagian dari ajaran Islam. *Akidah Islam berfungsi sebagai al qoidah, yakni landasan pemikiran dan landasan sistem hidup.* Namun, kata ini, sekarang berkonotasi negatif. Contoh lain adalah kata *“jamaah islamiyah”.* Ini adalah kata yang islamy, ini adalah istilah lain untuk menyebut ummah islamiyah, umat islam. Tentu saja, ini kata yang islamy. Tetapi, sekali lagi, kata ini menjadi kata yang negatif. Bahkan, banyak umat islam yang tak mau disebut sebagai *“jamaah islamiyah”, kalau begitu, umat islam itu jamaahnya siapa? Apakah “jamaah nashraniyah atau jamaah yahudiyah atau jamaah gatoloco-iyah?*


Saat ini, kata yang sedang dilakukan monsterisasi adalah kata *“khilafah”. Kata ini dilekatkan pada suatu kelompok, yang tentu saja bukan khilafah, tetapi mengaku sebagai khilafah.* Lalu, kelompok ini melakukan tindakan-tindakan yang melanggar syariah dan melakukan kekerasan. *Akibatnya, sebagian umat Islam jadi anti khilafah. Padahal khilafah adalah ajaran Islam yang mulia, Khilafah adalah sistem pemerintahan islam, yang akan menerapkan syariah Islam secara kaffah, yang melindungi kehormatan islam dan kaum muslimin, yang menyatukan umat islam. seperti yg di contohkan Rasulullah*

☝☝☝
*Dengan melihat semua fenomena di atas, umat Islam memang harus melek politik dan harus cerdas bahasa. Dengan begitu, mereka dapat menjaga kehormatan Islam dan kaum muslimin, dan tentu saja dapat memenangkan pertarungan pemikiran yang teramat-sangat sengit.*


Namun demikian, harus diakui banyak diantara saudara kita umat Islam yang jadi korban perang bahasa ini. *Korban ini bukan dadanya lubang akibat ditembus peluru. Bukan. Korban di sini, tidak ada luka pada tubuhnya. Tetapi ia seperti virus. Kerusakan bukan pada hardware, tetapi pada software-nya. Fisiknya masih utuh, tetapi 'fisika'nya tidak bisa bekerja dengan normal. Keyakinan dan perasaannya berubah, sehingga begitu terhina saat menyuarakan Islam dan kebenaran, dan begitu merasa bangga jika Islam dihina dan dinistakan.*


Inilah perang bahasa dan istilah yang sangat mengerikan.
Semoga kita semua benar2 makin mantaps dan terdepan dalam *BERBAHASA.*
✨✨✨
*Wallahu a’lam.* ☝☝☝
Comments
0 Comments